Jakarta- Sudah 89 tahun Al-Ittihadiyah berdiri dan membersamai dalam perjuangan Indonesia dan Ulama. Acara Milad dengan tema “Do’a Tsyakkur dan Wisata Sejarah Perjuangan Pahlawan, 27/01/23, di Museum Satriamandala, Jakarta Selatan di hadiri oleh Dewan Pembina, Pengurus Pusat Al-Ittihadiyah serta perwakilan dan pengurus dari daerah-daerah. Turut mengundang sejumlah tokoh-tokoh ormas ke-Islaman dan Mahasiswa BEM UI.
Mayjen TNI (Purn) H. Zaedun Daud, salaku Ketua Dewan Pengarah, dalam sambutan pengarahannya mengulang arti pentingnya hubungan antara TNI dan Ulama. Lebih jauh beliau menjelaskan, “tidak ada artinya kekuatan TNI tanpa didukung oleh para ulama”, tukasnya. TNI dan Ulama terus bahu membahu bersama untuk membangun bangsa dan Negara, tambahnya.
Juga diuraikan bahwa organisasi Al-Ittihadiyah telah berdiri 10 tahun sebelum proklamasi kemerdekaan RI. Dalam peringatan ke 89 tahun ini, Kita kembalikan semangat cinta tanah air”ajaknya.
Sementara Ketua Penyelenggara Ir. KH, Agus Wicaksono, mengawali acara sebagai laporan panitia penyelenggara, menyampaikan rasa bahagianya dan terima kasih kepada semua pihak, karena acara dapat terselenggara dengan baik, sesuai dengan harapan.
Agus juga menyampaikan peran Al-Ittihadiyah dalam merespon berbagai persoalan bangsa saat ini. Tiga pilar program Al-Ittihadiyah, yaitu Kaderisasi dan Pendidikan, Dakwah Sosial dan Perhatian pada bidang Ekonomi. Diuraikan juga tentang situasi dunia saat ini. Penduduk bumi sudah sampai 8 milyar orang, artinya tekanan-tekanan kepada kemajuan, memerlukan ketersediaan pangan, yang kemudian pada sisi lain akan berdampak pada kerusakan lingkungan.
Pada bagian lain juga disampaikan bahwa “dignity atau marwah bangsa harus sama-sama kita jaga”, tutupnya.
Pidato utama disampaikan oleh Ketua Umum Al-Ittihadiyah, Ir. KH. Nurruzaman, juga menyampaikan kegembiraannya, karena acara di hadiri oleh pengurus teras, berbagai elemen dari pengurus-pengurus daerah dan ormas-ormas kelembagaan Islam, baik yang ada ditngkat pusat maupun dari daeah-daerah.
Ketum Nuruzaman menjelaskan kebih lanjut, bahwa “Kiai dan Tentara harus menjadi kekuatan yang utama”. Juga dikeluhkan bahwa “umat islam itu tidak pernah menjadi no satu”.
Pada bagian lain juga Ketum menyampaikan pentingnya meluruskan sejarah dengan yang selurus-lurusnya. Semangat berorganisasi harus tetap “fresh and Young”, tag line untuk tetap mendorong supaya terus memiliki semangat muda. Beliau juga meminta untuk menela’ah Surat Al-Imran 139~142.
Di akhir acara, usai acara do’a yang dipimpin oleh Kiai Sepuh, Ketua Dewan Pengarah, Mayjen Purn, Zaedun mengundang sejumlah tokoh teras, terbatas, untuk menindak lanjuti berbagai potensi yang ada pada anggota, untuk direalisasikan menjadi program bersama dan memberi masalahat. “sebaik-baik manusia adalah dia yang dapat memberi mafaat kepada yang lain”, ucapnya.
Catatan redaksi, sekilas tentang Al-Ittihadiyah; Ittihadiyah merupakan salah satu organisasi Islam yang lahir di Kota Medan dimana kelompok ulama dan tokoh Melayu menjadi patron utama organisasi ini. Al-Ittihadiyah seakan menjadi corong bagi etnis Melayu di Sumatera Timur, dan ini yang membedakan mereka dengan etnis Minangkabau yang berafiliasi dengan Muhammadiyah dan etnis Mandailing yang berafiliasi dengan Al Jam’iyatul Washliyah. Selain itu, Al-Ittihadiyah sebagai organisasi tidak berafiliasi dengan mazhab akidah dan fikih tertentu, tetapi para pendukungnya adalah penganut mazhab Asy‘ariyah dan Syâfi‘iyah. Al-Ittihadiyah bergerak dalam bidang pendidikan, dakwah dan amal sosial,